Minggu, 01 Desember 2013



MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR
TENTANG
TEKNOLOGI TANAMAN TRANSGENIK

Disusun  oleh  :
KELOMPOK II
Arifson Yondang
Dwi Indarto
Fahrizal Noor
Herlinda Lenggu
Zainal Nifu


KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Pemulia tanaman telah membuat suatu kemajuan yang spektakuler dalam perbaikan berbagai spesies tanaman selama 70 tahun terakhir. Padi, gandum dan jagung adalah contoh tanaman yang mampu ditingkatkan hasilnya hingga kurang lebih 50 % selama periode 1930 sampai 1975 yang diperoleh melalui penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk, dan pengelolaan tanaman secara lebih efisien. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.

1.2       Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Apa tujuan dari teknologi tanaman transgenik ?
2. Bagaimana teknologi tanaman transgenik ?

      1.3       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini dibuat adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi apa tujuan dari teknologi tanaman transgenik
2. Untuk mengetahui bagaimana teknologi tanaman transgenic




1.4       Kajian Pustaka
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Usaha memindahkan tanaman tanaman liar yang ada di hutan untuk kemudian dibudidayakan secara besarbesaran, dilakukan secara parallel dengan seleksi jenis tanaman yang lebih memenuhi kebutuhan-nya, seperti produksinya tinggi, mempunyai rasa yang lebih enak, lebih mudah dipelihara, serta tidak mudah terserang hama dan penyakit. Untuk mencapai tujuan ini, dihasil-kan tanamantanaman baru hasil persilangan antara tanaman-tanaman unggul, dimana mulai pertama kali dikenal istilah pemuliaan tanaman (Suryowinoto, 1996 dalam Dwi, 2007).




BAB II
METODE PENELITIAN
Makalah ini merupakan kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitataif yang disusun berdasarkan literatur sumber tulisan berupa buku, jurnal dan artkel tentang teknologi tanaman transgenik.








BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  HASIL
3.1.1    Tujuan Pengembangan Teknologi Tanaman Transgenik
Sampai saat ini sekitar seratus varietas tanaman transgenik yang telah disetujui untuk diuji cobakan atau ditanam. Tanaman tersebut dirancang untuk mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman konvensional. Beberapa sifat tanaman transgenik yang penting adalah:
a.       Meningkatkan toleransi terhadap zat kimia
Tanaman transgenik yang paling populer adalah yang tahan terhadap herbisida. Budidaya dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap herbisida memungkinkan petani untuk mengendalikan gulma secara efektif. Tanaman transgenik yang paling banyak ditanam adalah kedelai Roundup Ready produk Monsanto, yaitu varietas kedelai yang tahan terhadap herbisida dengan merek Roundup (CSU, 2004).
b.      Meningkatkan ketahanan terhadap hama
Tanaman transgenik yang tahan hama menawarkan beberapa keuntungan antara lain adalah:
1)      Kebutuhan akan insektisida, tenaga kerja dan peralatan berkurang karena jaringan tanaman tersebut kebal terhadap hama.
2)      Seluruh tanaman terlindungi, termasuk bagian bagian tanaman seperti akar yangtidak tersentuh semprotan pestisida.
3)      Serangga yang merupakan hama terkena dampak tetapi serangga yang menguntungkan tidak mati.
4)      Pestisida berada di dalam tanaman, sehingga mencegah pencemaran tanah dan air tanah oleh herbisida.
c.       Memperlambat pematangan
Tanaman yang berhasil ditunda proses pematangan buahnya adalah tomat FlavrSavr (CSU, 2004). Keunggulan dari tomat ini selain lambat pematangannya juga proses pengolahannya menjadi pasta tomat lebih sederhana sehingga dapat mengurangi limbah dan penggunaan energi.
d.      Meningkatkan nilai gizi pangan
Beberapa tanaman yang nilai gizinya dapat ditingkatkan adalah padi yang dimanipulasi untuk memproduksi beta karoten yang menghasilkan vitamin A, kedelai dengan kadar asam lemak tak jenuh yang lebih rendah, buah strawberi yang lebih manis, dan meningkatkan zat tepung dalam kentang serta jagung agar lebih baik kualitasnya untuk dibuat keripik (CSU, 2004).
e.       Mengambil nitrogen dari udara
Beberapa tanaman seperti kedelai, alfalfa dan jenis kacang-kacangan lainnya memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen langsung dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar tanaman (Hurtado, 2005). Para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memindahkan gen yang mempunyai kemampuan untuk memfiksasi nitrogen ke spesies tanaman yang tidak memiliki kemampuan tersebut. Teknik DNA rekombinan juga digunakan untuk merekayasa mikroba tanah agar dapat memfiksasi nitrogen.
f.       Menyesuaikan tanaman terhadap lingkungan buruk
Bakteri Psedomonas telah berhasil digunakan untuk melindungi tanaman dari cuaca dingin, begitu pula dengan beberapa jenis tanaman seperti padi, melon, tomat dan jewawut juga berhasil direkayasa untuk menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi dengan menggunaka gen dari ragi (Hurtado, 2005).
g.      Mendiagnosis dan mengobati penyakit
Ilmuwan telah mengembangkan penyelidikan gen yang sangat khusus untuk mendeteksi virus, bakteri dan jamur yang menyerang tanaman. Metode tersebut juga digunakan untuk menyeleksi tanaman yang bebas penyakit untuk keperluaan pemuliaan tanaman.
Beberapa vaksin transgenik untuk mengatasi penyakit hewan sudah beredar di pasaran seperti vaksin untuk mencegah diare pada babi, penyakit kuku dan mulut pada ternak, leukimia pada kucing dan vaksin untuk burung (Hurtado, 2005).


h.      Meningkatkan kualitas bahan untuk pangan olahan
Enzim transgenik telah digunakan pada sejumlah besar produk seperti keju, minuman, sereal, roti dan lainnya. Chymosin merupakan enzim transgenik yang digunakan untuk menghasilkan keju. Penggunaan Chymosin transgenik lebih menguntungkan bagi produsen keju sehingga enzim tersebut banyak digunakan oleh produsen keju keras di Inggris (Hurtado, 2005).
3.1.2    Teknologi Tanaman Transgenik  
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
 Beberapa produk yang dihasilkan dari tanaman transgenik yang berasal dari Genetically Modified Organism (GMO) atau Organisme yang telah direkayasa, dimanipulasi atau dimodifikasi yang diproduksi oleh beberapa perusahaan bioteknologi telah dikonsultasikan dengan FDA (Food and Drug Administration, badan pengawas obat dan pangan Amerika Serikat).
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".
Beberapa tanaman hasil rekayasa genetik yang telah dilakukan uji lokasi di Indonesia antara lain adalah tembakau, kacang tanah dan cabai CP yang tahan virus, kentang Bt yang tahan serangga, padi BTCry 1 AB yang tahan serangga, padi Chitinase yang tahan terhadap nematoda dan cendawan (Hurtado, 2005).
Selain tanaman di atas beberapa jenis tanaman transgenik yang dihasilkan oleh peneliti di Indonesia antara lain adalah pepaya yang tahan ringspot virus, kentang Chitinase yang tahan terhadap nematoda dan cendawan, tebu Bt yang tahan serangga, tebu Fitase E. coli yang mempunyai kadar gula/rendemen tinggi, kakao Bt yang tahan penggerek buah, kopi chitinase yang tahan penyakit karat (Hurtado, 2005).

3.2  PEMBAHASAN
3.2.1    Tujuan Pengembangan Teknologi Tanaman Transgenik
Tujuan dari teknologi tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman konvensional
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.
3.2.2    Teknologi Tanaman Transgenik 
Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka. Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan ahli dalam dan luar negeri. Kasus tersebut berlangsung dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia menghentikan komersialisasi kapas transgenik. Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dilakukan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.
Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras dan jagung.[51] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai agak tertinggal. Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman transgenik yang meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2010, sebanyak 50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia merupakan produk transgenik yang di antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan sebagian besar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.
 Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999. Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       KESIMPULAN
a.       Tujuan dari teknologi tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman konvensional
b.      Teknologi tanaman transgenik merupakan Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan.


4.2       SARAN
Penerapan secara nyata Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura tahun 1999 No.998.I/Kpts/OT.210/9/99;790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 yang mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan dalam pemanfaatan produk tanaman transgenik  agar  tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan.







DAFTAR PUSTAKA

Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama, Jurnal Litbang Pertanian. 23(1):1-7.
Andreas, Dwi santoso. 2000. Analisis Resiko Lingkungan Tanaman Transgenik, Jurnal of soll sciences and Environment. 3(2) : 32-36.
Dinar, A ambarwati, M.Herman, Agus Purwito, Eri Sofiari, Hajrial Aswidinnoor. 2011. Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang Transgenik Katahdin RB ke Tanaman Kentang Non Transgenik, Jurnal Biologi Indonesi., 7(2) : 277-287.
Dwi, Ellok Sulichantini. 2007. Tanaman Dan Pangan Transgenik di Sekitar Kita, Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman. 2(2) : 38-43.
Hurtado ME (2005) GM Foods: The Fact and the Fiction. Alih bahasa: Jhamtani H (ed). Pangan Hasil Rekayasa Genetik antara Fakta dan Fiksi. YLKI, Jakarta.
Usyanti, N, Damayanti Buchori, Syafrida Manuwoto, Purnama Hidayat, Inez H, slamet Loedin. 2008. Keefektivan Padi Transgenik Terhadap Hama Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera : Crambidae). Jurnal entomol Indon. 6(1) : 30-41.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik. Diakses pada 12 November 2013